BPSDM-Palangka Raya – Dr. Rahmawati, S.T., M.Si, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kalimantan Tengah, menjadi narasumber dalam acara Post Assessment yang digelar oleh Kepolisian Daerah Kalteng. Acara ini berlangsung di Hotel Bahalap, dengan fokus pada materi Kompetensi Manajemen Konflik. (Jum’at, 8/9/2024)

Dalam sesi yang dihadiri oleh anggota kepolisian dan pejabat terkait, Rahmawati menyampaikan pentingnya penguasaan manajemen konflik dalam menjalankan tugas kepolisian. Ia menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengelola konflik secara efektif sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan di lapangan. “Manajemen konflik bukan hanya soal penyelesaian masalah, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang baik antara polisi dan masyarakat,” ujarnya.

Rahmawati menggunakan berbagai studi kasus dan simulasi untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai strategi dan teknik yang dapat diterapkan dalam situasi konflik. Ia menekankan bahwa keterampilan komunikasi dan empati merupakan kunci utama dalam menangani situasi yang berpotensi memicu ketegangan.

Dalam sesi paparannya, Dr. Rahmawati, S.T., M.Si, memaparkan lima gaya manajemen konflik yang dapat digunakan dalam situasi yang beragam.
- Gaya Penghindaran (Avoiding)
Dr. Rahmawati menjelaskan bahwa gaya ini melibatkan menghindari konflik dengan cara tidak mengambil tindakan. Meskipun dapat meredakan ketegangan sementara, gaya ini tidak menyelesaikan masalah dan bisa membuat situasi semakin memburuk. - Gaya Penyerahan (Accommodating)
Ia melanjutkan dengan gaya penyerahan, di mana satu pihak mengutamakan kepentingan pihak lain. Gaya ini bisa membantu meredakan konflik, tetapi jika terlalu sering digunakan, dapat menyebabkan rasa tidak dihargai. - Gaya Kompetisi (Competing)
Selanjutnya, Dr. Rahmawati membahas gaya kompetisi yang menekankan pada kemenangan satu pihak. Meskipun berguna dalam situasi darurat, gaya ini berisiko merusak hubungan antar pihak.
- Gaya Kolaborasi (Collaborating)
Gaya kolaborasi menjadi sorotan utama, di mana semua pihak bekerja sama untuk menemukan solusi yang
saling menguntungkan. Dr. Rahmawati menekankan bahwa meskipun memerlukan waktu dan usaha, cara ini sering kali menghasilkan hasil yang lebih memuaskan dan memperkuat hubungan.
- Gaya Kompromi (Compromising)
Terakhir, ia menjelaskan gaya kompromi, di mana kedua belah pihak membuat konsesi untuk mencapai kesepakatan. Ini adalah pendekatan yang cepat dan efektif, terutama ketika setiap pihak memiliki kepentingan yang seimbang.
Dengan pemahaman tentang kelima gaya ini, Rahmawati berharap anggota kepolisian dapat lebih efektif dalam menangani konflik, menciptakan hubungan yang lebih baik dengan masyarakat, dan mencapai hasil yang positif.
Acara ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di lingkungan kepolisian, serta memperkuat hubungan antara kepolisian dan masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen konflik, diharapkan anggota kepolisian dapat lebih siap dalam menciptakan situasi aman dan kondusif di Kalimantan Tengah.

